Pengaruh Media Sosial terhadap Sastra Kontemporer di Inggris

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, dan pengaruhnya meluas ke berbagai aspek, termasuk dunia sastra. Di Inggris, fenomena ini telah mengubah cara penulis, pembaca, dan bahkan penerbit berinteraksi dan menciptakan sastra. Artikel ini akan membahas bagaimana media sosial memengaruhi sastra kontemporer di Inggris, dari penemuan karya hingga perubahan dalam proses kreatif dan interaksi antara penulis dan pembaca.

1. Platform untuk Penemuan Karya

Salah satu dampak paling signifikan dari media sosial adalah kemampuannya untuk memberikan platform bagi penulis baru dan karya-karya mereka. Sebelumnya, penulis sering kali bergantung pada penerbit tradisional untuk mendapatkan perhatian. Namun, dengan adanya platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok, penulis dapat mempromosikan karya mereka secara langsung kepada audiens.

Fenomena “Bookstagram” di Instagram, di mana pengguna berbagi foto dan ulasan buku, telah memberikan dorongan besar bagi penulis. Banyak penulis debut yang mendapat perhatian lebih setelah karya mereka dibahas di platform ini. Misalnya, penulis seperti Candice Carty-Williams, dengan novel “Queenie,” mendapatkan pengakuan luas berkat promosi di media sosial.

2. Bentuk Baru dalam Penulisan

Media sosial juga telah memengaruhi cara penulis berkarya. Keterbatasan karakter di platform seperti Twitter mendorong penulis untuk berpikir lebih kreatif dan menyampaikan ide-ide dalam format yang lebih singkat. Hal ini terlihat dalam karya-karya yang lebih langsung dan tajam, menciptakan gaya penulisan yang baru.

Selain itu, banyak penulis menggunakan media sosial untuk menguji ide-ide mereka. Dengan memposting kutipan, dialog, atau bahkan bab-bab awal, penulis dapat mendapatkan umpan balik instan dari pembaca. Ini menciptakan siklus kolaboratif di mana pembaca merasa terlibat dalam proses kreatif, membentuk karya yang lebih sesuai dengan harapan audiens.

3. Tema dan Isu Sosial

Media sosial juga menjadi ruang bagi penulis untuk mengangkat isu-isu sosial yang relevan. Karya-karya sastra kontemporer di Inggris sering kali mencerminkan tema-tema seperti rasisme, feminisme, dan perubahan iklim, yang banyak dibahas di platform-platform ini. Penulis seperti Bernardine Evaristo dan Nadiya Hussain mengangkat pengalaman minoritas dan masalah sosial dalam karya mereka, menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarluaskan pesan mereka.

Gerakan seperti #MeToo dan #BlackLivesMatter telah mendorong penulis untuk lebih mengeksplorasi pengalaman perempuan dan minoritas dalam karya mereka. Media sosial memberikan platform bagi suara-suara yang terpinggirkan untuk diangkat, menciptakan diskusi yang lebih mendalam dan beragam dalam sastra Inggris.

4. Pembaca Sebagai Partisipan

Dengan media sosial, pembaca tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga partisipan aktif dalam komunitas sastra. Mereka dapat berinteraksi dengan penulis, memberikan ulasan, dan berdiskusi tentang karya yang mereka baca. Hal ini menciptakan pengalaman membaca yang lebih dinamis dan interaktif.

Fenomena “readalong” di platform seperti TikTok memungkinkan pembaca untuk membaca buku yang sama secara bersamaan, membagikan pemikiran dan analisis mereka dalam waktu nyata. Ini menciptakan komunitas di sekitar buku, memperkaya pemahaman kolektif tentang karya tersebut.

5. Tantangan dalam Dunia Sastra

Meskipun media sosial membawa banyak keuntungan, ada juga tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kelebihan informasi. Dengan banyaknya konten yang tersedia, pembaca dapat merasa kewalahan dan sulit untuk menemukan karya yang berkualitas. Selain itu, penulis mungkin merasa tekanan untuk selalu aktif di media sosial, yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari proses kreatif.

Ada juga risiko bahwa fokus pada popularitas di media sosial dapat mengarah pada penciptaan konten yang lebih dangkal, yang tidak selalu mencerminkan kedalaman sastra. Dalam jangka panjang, ini dapat memengaruhi standar sastra dan mengubah cara kita menghargai karya.

6. Membangun Komunitas

Salah satu aspek positif dari pengaruh media sosial adalah kemampuannya untuk membangun komunitas penulis dan pembaca. Banyak penulis dan pembaca menemukan dukungan dan inspirasi di platform-platform ini. Mereka dapat saling berbagi rekomendasi, diskusi, dan bahkan kolaborasi.

Komunitas ini sering kali menjadi ruang yang aman untuk berbagi pengalaman dan mengeksplorasi tema-tema yang sensitif. Hal ini mendorong penulis untuk mengangkat isu-isu yang mungkin sebelumnya dianggap tabu dalam sastra tradisional.

Kesimpulan :

Pengaruh media sosial terhadap sastra kontemporer di Inggris sangat signifikan. Dari penemuan karya hingga perubahan dalam cara penulis berkarya dan berinteraksi dengan pembaca, media sosial telah mengubah lanskap sastra. Meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, potensi untuk membangun komunitas, meningkatkan visibilitas penulis baru, dan memperluas diskusi tentang isu-isu sosial adalah hal-hal yang sangat berharga.

Sumber :

“The Digital Literary Sphere: Social Media and Literature”-Digital Scholarship in the Humanities

“Social Media and the Literary World”-Routledge

a