Dunia sastra seringkali dianggap sebagai sebuah pelarian dari realitas. Namun, benarkah demikian? Sastra, dengan segala imajinasinya, justru seringkali menjadi cerminan yang lebih jujur dari kehidupan nyata. Mari kita bedah lebih dalam perbandingan antara dunia nyata dan dunia sastra.
Dunia Nyata: Kaca Pembesar yang Memfokuskan pada Detail
Dunia nyata adalah tempat di mana kita hidup, bernapas, dan berinteraksi dengan orang lain. Ia adalah kumpulan fakta, peristiwa, dan pengalaman yang konkret. Dunia nyata seringkali terasa membingungkan, penuh dengan nuansa abu-abu, dan tidak selalu sesuai dengan harapan kita.
- Fokus pada detail: Dunia nyata menyajikan kita dengan detail-detail yang sangat spesifik, mulai dari warna langit hingga suara langkah kaki.
- Terbatas oleh waktu dan ruang: Kehidupan di dunia nyata dibatasi oleh waktu dan ruang. Kita tidak bisa mengubah masa lalu dan kita hanya bisa berada di satu tempat dalam satu waktu.
- Penuh dengan ketidakpastian: Dunia nyata penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Dunia Sastra: Lensa yang Memperbesar Makna
Dunia sastra, di sisi lain, adalah sebuah konstruksi imajinatif. Penulis bebas menciptakan dunia yang sesuai dengan imajinasinya, dengan karakter-karakter yang unik, plot yang menarik, dan pesan yang ingin disampaikan.
- Fokus pada makna: Dunia sastra lebih fokus pada makna daripada detail. Penulis seringkali menggunakan simbolisme dan metafora untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam.
- Melebihi batas waktu dan ruang: Dalam dunia sastra, waktu dan ruang bisa dimanipulasi. Penulis bisa membawa kita ke masa lalu, masa depan, atau bahkan ke dunia lain.
- Menawarkan kepastian: Meskipun dunia sastra adalah sebuah konstruksi, ia seringkali menawarkan kepastian dan resolusi yang tidak selalu kita temukan di dunia nyata.
Keterkaitan Dunia Nyata dan Dunia Sastra
Meskipun berbeda, dunia nyata dan dunia sastra saling berkaitan erat. Sastra lahir dari inspirasi yang berasal dari kehidupan nyata. Pengalaman pribadi, peristiwa sejarah, dan interaksi sosial menjadi bahan baku bagi penulis untuk menciptakan karya-karyanya.
- Sastra sebagai cerminan realitas: Sastra seringkali menjadi cerminan dari masyarakat dan zamannya. Novel-novel klasik seperti karya Charles Dickens, misalnya, memberikan gambaran yang sangat jelas tentang kehidupan masyarakat Inggris pada abad ke-19.
- Sastra sebagai bentuk pelarian: Sastra juga bisa menjadi bentuk pelarian dari realitas yang pahit. Dengan membaca, kita bisa menjelajahi dunia yang berbeda dan melupakan sejenak masalah-masalah yang kita hadapi.
- Sastra sebagai inspirasi: Sastra bisa menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk menjalani hidup. Karakter-karakter dalam buku bisa menjadi panutan, dan pesan-pesan yang disampaikan bisa memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Kesimpulan
Dunia nyata dan dunia sastra adalah dua sisi mata uang yang sama. Keduanya saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Dengan membaca sastra, kita tidak hanya memperoleh hiburan, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita.
Sumber :
“The Reality Effect: Film and Philosophy”
“The Relationship Between Literature and Reality”